KEMISKINAN DI BEKASI
A. Pengertian, dimensi, dan indikator Kemiskinan
1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan memiliki pengertian yang sangat luas, berikut ini adalah beberapa pengertian kemiskinan :
· Menurut BPS dan DEPSOS (2002)
Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar.
· Menurut BPS dan DEPSOS (2002)
Kemiskinan
merupakan kondisi yang berbeda dibawah garis nilai standar kebutuhan
minimum. Baik makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan
(Doverty Line). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan
oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100
kilo kalori perorang perhari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari
perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka
barang dan jasa.
· Menurut SMERU dan Suharto dan kawan-kawan, 2004
Kemiskinan
secara luas diidentifikasikan sebagai kekurangan atau tidak memiliki
pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi yang
dibutuhkan masyarakat.
· Menurut DEPSOS (2001)
Fakir
miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang
mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenihi pokok yang layak
bagi kemanusiaan.
Kemiskinan menurut keadaannya dibedakan menjadi :
· Kemiskinan
absolute, yaitu bila hasil pendapatannya berada dibawah garis
kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupminimumnya
(pangan, sandang, kesehatan, papan pendidikan).
· Kemiskinan
relatife merupakan suatu golongan yang sebenarnya telah hidup diatas
garis kemiskinan namun masih dibawah kemampuan masyarakat sekitarnya.
· Kemiskinan
kultural berkaitan dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat
yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada
usaha dari pihak lain yang membantunya.
2. Dimensi Kemiskinan
Kemiskinan dibagi menjadi beberapa dimensi, diantaranya :
· Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang dan yang kalah. Indonesia
sebagai Negara berkembang bias menjadi pihak yang kalah dalam
globalisasi, sehingga daerah industri seperti Bekasi dapat menjadi
daerah dengan bertambahnya penduduk miskin.
· Kemiskinan
yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan akibat rendahnya.
Kemiskinan pedesaan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembanguna
perkotaan akibat kecepatan pertumbuhan perkotaan.
· Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami perempuan, anak-anak, dan kelompok minoritas.
· Kemiskinan
konsekuensial, kemiskinan akibat faktor-faktor eksternal seperti
konflik / bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah
penduduk.
3. Indikator Kemiskinan
Seseorang dapat dikatakan miskin apabila tidak dapat memenuhi kebutuhan dibawah ini, yaitu :
· Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan, dan papan).
· Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
· Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).
· Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun misal.
· Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber daya alam.
· Tidak dilibatkannya dalam kegiatan sosial masyarakat.
· Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
· Ketidakmampuan
dan ketidakberuntungan sosial (anak telantar, wanita korban kekerasan
rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil).
· Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupu mental.
B. Gambaran Kehidupan Masyarakat Bekasi
Setiap
warga negara mempunyai hak asasi untuk dapat hidup dengan layak. Negara
juga telah menjamin dalam pasal 27 ayat 2 yang berbunyi “Tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”.
Corak
kehidupan masyarakat Bekasi beraneka ragam dengan berbagai jenis mata
pencaharian misalnya petani, pedagang, buruh pabrik , nelayan, dan
sebagainya. Dan tingkat pendapatannya pun berbeda.
Wilayah
Bekasi sebagai salah satu kota satelitnya Jakarta atau kota penunjang
Jakarta, letak wilayah yang strategis yaitu dekat dengan Ibu Kota
Negara, jumlah penduduk yang melimpah, serta keanekaragaman budaya.
Potensi-potensi tersebut dapat memajukan Bekasi bila dapat dimanfaatkan
secara optimal.
Sekarang
ini Bekasi mengembangkan diri dari wilayah agraris menuju industri.
Dengan berkembangnya industri di Bekasi diharapkan akan memperluas
lapangan pekerjaan dan mendorong income daerah akan tetapi perubahan itu
menyebabkan banyak penyakit sosial seperti kemiskinan, kriminalitas,
prostitusi dan pengangguran.
Munculnya
pabrik-pabrik selain membawa dampak positf juga membawa dampak negatif.
Masyarakat Bekasi yang semula hidup sebagai petani harus menyesuaikan
diri dengan perubahan yang ada. Sebagian masyarakat sudah siap menuju
industri dari segi pendidikan dan mental dan
sebagian lagi belum siap, karena tekanan kehidupan para petani banyak
menjual lahan pertaniannya pada industri. Lahan-lahan pertanian
produktif di Bekasi mulai berkurang berubah menjadi bangunan
pabrik-pabrik megah. Para petani yang tidak sanggup atau tidak diterima menjadi buruh pabrik akhirnya menjadi pengangguran.
Pengangguran
di Bekasi bertambah dengan banyaknya para pendatang dari wilayah jawa
dan luar jawa untuk mengadu nasib. Pengangguran mendorong kemiskinan
meningkat. Penduduk Bekasi yang berjumlah sekitar 4 jutaan dengan jumlah
penduduk miskin sebanyak 149.686 jiwa atau sekitar 3,74 % dari jumlah
penduduk berada dibawah garis kemiskinan.
Kemiskinan
di Bekasi semakin meningkat dengan kenaikan harga BBM. Konversi minyak
tanah ke gas belum mampu mengatasi dampak kenaikan harga BBM.
Berikut ini contoh studi kasus tentang kemiskinan di Bekasi.
· Di
desa Karang Asih yang terletak di Cikarang Utara kabupaten Bekasi
menyimpan potensi sekaligus kondisi yang memprihatinkan khususnya
pendidikan anak-anak. Banyak dari anak-anak desa ini yang putus sekolah
disebabkan kondisi perekonomian yang hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan makan sehari-hari saja. Banyak dari mereka yang menjadi anak
jalanan, atau menjadi pengamen dan pengemis.
Salah satu potret anak desa karang asih adalah perjuangan 75 anak yatim dan
dhuafa agar tetap sekolah, ini patut mendapatkan perhatian. Mereka
bertekad untuk kuat untuk dapat melanjutkan pendidikan maka mereka
memelihara dan menjual lele Dumbo. Air yang melimpah di Desa Karang Asih
cukup untuk mengairi kolam-kolam lele Dumbo. Atas prakarsa Ramdhani
seorang pengurus masjid Nurul Iman dibuatlah kolam-kolam lele Dumbo.
Anak-anak mengikuti pelatihan bagaimana cara beternak lele Dumbo. Usaha
ini sudah sebenarnya mendapat dukungan kita sepenuhnya dan menjadi
pembelajaran sisi kemandirian dan kedewasaan mereka.
Dari
contoh studi kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa kita tidak boleh
menyerah pada kemiskinan. Kemiskinan tergantung bagaimana menyikapinya,
anak-anak desa Karang Asih ternyata mampu mencari solusi dari masalah
kemiskinan mereka. Bila bangsa kita mau bercermin pada mereka masalah
kemiskinan mungkin bisa di minimalisasi.
C. Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan di Bekasi
Berikut ini merupakan factor-faktor penyebab kemiskinan di Bekasi :
1. Adanya
peralihan lahan dari pertanian menjadi kawasan industri dan real
estate. Peralihan ini mendorong peralihan mata pencaharian juga. Bagi
yang tidak mempunyai kompetensi akan kesulitan menghadapinya dan bukan
tidak mungkin akan menjadi pengangguran dan menambah tingkat kemiskinan
di Bekasi
2. Nelayan
yang sudah tidak dapat melaut lagi karena kelangkaan dan mahalnya bahan
bakar solat, lebih besar biaya operasional ketimbang hasilnya sedang
solar subsidi kebanyakan dijual oleh petugas ke industri besar.
3. Buruknya
sarana infrastuktur jalan. Banyak jalan-jalan dipelosok Bekasi
mengalami kerusakan seperti jalan Cikarang – Sukatani. Bila sarana
infrastruktur jalan tidak baik maka akan menghambat roda perekonomian,
misalnya hasil alam dari warga Bekasi di pedalaman susah
didistribusikan.
4. Adanya
bencana alam, seperti banjir yang sekarang sering melanda Bekasi dan
juga bencana alam yang menimpa pesisir pantai cabang bungin,
muaragembong dan tarumajaya.
5. Kurang terpenuhinya akses terhadap kebutuhan hidup dasar seperti kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi.
6. Bekasi yang menuju kota industri menjadi kota
impian bagi penduduk diluar Bekasi, sehingga setiap tahunnya jumlah
pendatang di Bekasi semakin meningkat dan jumlah pengangguran juga
meningkat.
7. Kenaikan
harga BBM semakin membuat penduduk mengeluarkan biaya lebih besar untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara penghasilan tidak naik
mengakibatkan taraf hidup masyarakat anjlok. Bahkan sebagian diantaranya
turun kelas menjadi penduduk miskin.
Selain faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan di Bekasi ada juga aspek-aspek yang dapat mempengaruhi kemiskinan diantaranya :
- Aspek sosial, disebabkan adanya keterbatasan dalam interaksi sosial dan penguasaan informasi.
- Aspek ekonomi, disebabkan adanya keterbatasan pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar rendah, tabungan nihil, dan lemah mengantisipasi peluang.
- Aspek psikologi, disebabkan adanya rendah diri, malas, dan rasa terisolir.
- Aspek politik, berkaitan dengan kecilnya aspek terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, dan posisi lemah dalam mengambil keputusan.
D. Upaya Daya Menanggulangi Kemiskinan di Bekasi
Upaya
menanggulangi kemiskinan merupakan tugas bersama yaitu pemerintah dan
warga masyarakat, berikut ini upaya-upaya yang dapat digunakan untuk
menanggulangi kemiskinan di Bekasi.
1. Pemerintah harus menetapkan wilayah-wilayah industri dan mengadakan perlindungan terhadap lahan pertanian produktif agar tidak digunakan untuk perluasan wilayah industri.
2. Pemerintah
dapat mengupayakan agar perusahaan lebih mengutamakan menerima penduduk
asli untuk bekerja seperti yang telah disepakati, karena penduduk asli
yang lebih berhak menikmati lapangan pekerjaan didaerahnya.
3. Mengadakan pembatasan terhadap jumlah penduduk pendatang yang mencari kerja.
4. Memberikan kredit lunak kepada warga untuk mengembangkan industri rumah tangga yang menyerap tenaga kerja.
5. Membenahi infrastruktur jalan, transportasi, komunikasi, listrik, dan air bersih.
6. Mewujudkan program pendidikan gratis, sehingga anak-anak usia sekolah dapat bersekolah.
7. Pemerintah
harus segera memulihkan sektor riil agar tidak terjadi PHK massal di
perusahaan-perusahaan. Dengan cara pemerintah perlu memberikan insentif
pajak kepada dunia usaha.
KESIMPULAN
Dari uraian makalah tersebut, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal diantaranya :
- Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan.
- Wilayah Bekasi memiliki potensi yang besar yaitu dari letak wilayah yang dekat dengan ibu kota Negara, jumlah penduduk, lahan pertanian yang produktif, dan kemampuan menarik investor untuk mendirikan industri.
- Bekasi merupakan wilayah yang berkembang dari agraris menuju industri.
- Peralihan Bekasi dari agraris ke industri menimbulkan berbagai dampak sosial diantaranya adalah kemiskinan.
- Kemiskinan disebabkan banyak factor dan aspek.
- Untuk menanggulangi kemiskinan diperlukan kerja sama antara penduduk dan pemerintah.
sumber :
www.indonesia.go.id Memahami Kemiskinan.
suarakarya.online.com Megapolitan – Sosial. www.info.spice.com Perbaikan infrastruktur bisa atasi kemiskinan.
http://dekoepretmen.blogspot.co.id/2008/09/makalah-kehidupan-masyarakat-bekasi.html?m=1
Komentar
Posting Komentar